IZINKAN AKU MENGGELAR SAJADAH BERSAMAMU
Karya Shepti Rizky Amrina Rosada
Dingin masih menyelumuti suasana
pagi, tampak kabut-kabut masih membasahi dedaunan. Disaat orang-orang
masih terlelap dalam tidurnya aku terbangun dalam suasana hening segera
aku bergegas mengambil air wudhu dan bersiap-siap untuk menunaikan solat
tahajjud. Usai solat aku mulai memanjatkan dzikirku membaca sebuah
lantunan ayat suci al-quran tak disengaja air mataku mengalir saat
terlintas bayangan masa lalu yang sangat dibenci oleh sang khaliq,
perbuatanku yang begitu kotor, malu dan menjijikkan saat dengan mudahnya
aku di bujuk rayu oleh seorang pria tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Doa demi doa ku panjatkan seraya memohon ampun kepada ilahi atas
perbuatan zinah yang pernah ku lakukan. Rasanya begitu malu aku kepada
diriku sendiri atas perbuatan yang selama ini ku lakukan.

Waktu menunjukkan pukul 05.00, aku bersiap-siap untuk mandi dan
menunaikan solat subuh. namaku koriq hasanah salsabillah Aku seorang
mahasiswa jurusan hukum di salah satu perguruan tinggi di Palembang.
Segera
aku menyiapkan alat-alat yang akan dibawa ke tempat kuliah ku, saat ini
aku sedang menyelesaikan skripsi terakhirku. Saat semuanya telah
selesai aku lakukan, aku langsung bergegas pergi dan menunggu sebuah bis
di depan rumahku.
“assalamualikum ukhty, maaf saya terlambat datang.” Sapa ku.
“waalaikum salam, gak papa riq, rapat juga belum dimulai.” Ucap firdha teman sekampus ku sekaligus teman dekat ku.
“hari ini kita akan ditugaskan dimana ?” tanyaku terhadap firdha.
“saya juga belum tau, tapi yang saya dengar kita akan ditujukan ke sebuah desa terpecil.” Jawab firdha.
Sekitar
10 menit barulah dosen datang, ia lalu memberikan pengarahan terhadap
mahasiswa yang akan menyelesaikan skripsi, tak salah lagi koriq di
tunjukkan pergi ke luar kota yang tempatnya sangat terpencil dari kota
palembang.
“mulai besok kalian telah melakukan skripsi, lakukanlah
dengan sebaik mungkin agar kalian mendapatkan nilai yang memuaskan,
pengarahan cukup sampai disini.. akhir kata saya ucapakan terimakasih
wassalmualaiku wr.wb.” ucap dosen
“koriq, hari ini majelis taqlim kumpul tidak ?” tanya firdha
“iya
kumpul, seperti biasanya pulang kampus kita langsung ke masjid
darussalam,kita juga akan membahas tentang anggota yang semakin hari
semakin berkurang.” Jawabku kepada fiirdha
Aku juga aktif di beberapa
organisasi islam, mulai dari baksos, majelis taqlim,pengajian dan
ikatan remaja masjid semua itu ku lakukan beberapa bulan yang lalu.
Maklum, dulu aku wanita yang tak bermoral yang selalu direndahkan kaum
pria dan tak punya harga diri namun semua itu berubah saat pria bajingan
menodaiku melakukan hal yang buruk terhadap tubuhku. Hatiku mulai
tergerak saat mendengar sebuah lantunan ayat suci al-quran yang
dibacakan di sebuah masjid di dekat rumahku. Aku malu terhadap diriku
sendiri, dengan pakaian yang tertutup dan kerudung yang aku kenakan
tidak sesuai dengan akhlakku selama ini, akhirnya aku mulai belajar utuk
menjadi seorang wanita sholehah.
Sore itu aku pergi ke sebuah
majelis taqlim yang telah dijanjikan bersama temanku firdha , disana
semua anggota telah berkumpul. Diawali dengan bacaan ayat suci al-quran
yang membuka acara pada hari itu dan dilanjutkan dengan sedikit penyegar
rohani, seorang ustadz yang masih belia mungkin usianya baru berumur 22
tahun. Karena anggota mejelis taqlim banyak yang masih berusia remaja
dan banyak wanita ketimbang lelaki yang mengikuti organisasi itu.
Ustadz
yang bernama hasan pun mengangkat dakwah bertema “wanita
sholehahbidadari syurga” ia berceramah bahwasanya wanita yang mampu
menjalankan puasa, solat lama lima waktu, dan taat kepada suaminya kelak
ia adalah bidadari syurga dan wajib dikatakan sbg wanita sholehah.
Aku
lalu mengamati dengan saksama apa yang dikatakan ustadz hasan, seorang
wanita yang bergelar bidadari syurga. Hatiku ikut terbecak kagum akankah
aku pantas diberi gelar seorang wanita shalehah sedangkan tubuhku telah
ternodai ? air mataku tiba-tiba menetes lagi dan mencoba kuhapus
tetesan air mata itu.
Disaat majelis taqlim telah selesai, aku sempat berkumpul sebentar untuk membahas anggota-anggota majelis taqlim lainnya.
“assalamualaikum ukhty, apakah al-quran ini milikmu ?” tanya pria yang berada dibelakangku
“iya benar, itu alquran saya.” jawabku
“tadi
al-quran anda ketinggalan diatas sajadah itu” ucap pria itu lagi sambil
menunjuk kearah sajadah yang ada di barisan jamaah akhwat.
“terimakasih akhy.”
Lalu
pria itu duduk sambil mengambil sebuah tasbih di sela-sela saku
celananya, aku memperhatikan dengan saksama apa yang dilakukan oleh
lelaki itu, ia sempat berkhalwat dan megagungkan nama allah dengan
sangat khusyuk.
“subhanallah, lelaki itu membuatku kagum dengan
dakwahnyanya yang membuat hatiku sangat tenang, apakah aku boleh
mengenalnya ya allah ?” batinku bertanya
Ukhty koriq, ada apa dengan engkau, apa yang kau perhatikan daritadi ?”
Aku
lalu tersentak kaget saat salah satu anggota majelis taqlim menegurku
.“ tidak ada apa-apa kok ukhty, mari kita lanjutkan lagi pembahasan hari
ini.”
Malam telah tiba aku masih saja terpikirkan oleh sosok ikhwan itu, yang membuat hatiku tergugah
“
ya allah cukup aku mengagumi dalam diamku, tak ingin lagi terjerumus
dalam lubang syetan yang membuat kami akan lupa denganmu, jika memang
dia jodohku maka satukanlah hati kami agar cinta kami terpaut dalam
cintamu, jangan biarkan cintaku melebihi cinta hakikimu, dan jika dia
bukan jodohku maka jauhkanlah dia dari ingatanku agar aku tidak
bertambah kecewa…” kataku memanjatkan doa kepada sang rabbi.
Pagi
hari aku mulai bersiap-siap untuk pergi kedaerah yang ditujukan oleh
dosen untuk menyelesaikan tugas skripsi terakhirku. Aku pergi dengan
biasanya menggunakan angkutan umum yang sering kunaiki. Waktu yang di
tempuh dari rumahku sangat jauh, menghabiskan waktu 4jam , sesudah itu
aku harus berjalan kaki dulu untuk bisa sampai kekampung itu, kira-kira
membutuhkan waktu satu setengah jam dengan jalan bebatuan dan becek
membuat seluruh tubuhku terkena lumpur.
Tak lama kemudian akhirnya
aku sampai di desa yang bernama sukma jaya, tampak anak-anak kecil
sedang asyik bermain, kampung itu begitu nyaman dan ramai dihuni
anak-anak kecil yang begitu periang. Aku berhenti di salah satu rumah
warga dan mencoba bertanya.
“assalamuaikum pak, apa benar ini desa sukma jaya ?”
“iya benar neng, ada apa ya ?”
“begini
pak saya datang dari kota, saya ditujukan ke daerah ini untuk
menyelesaikan skripsi saya, apa boleh saya menginap sehari saja dirumah
bapak, karena saya masih mencari kosan didaerah ini ?”
“Ohh...dengan senang hati bisa nerima anda disini, mari silakan masuk “ tawar bapak yang bernama zaenal terhadap saya.
Aku
lalu segera masuk dan terlihat didalam rumah itu hanya tinggal seorang
wanita separuh baya dan satu anak perempuan berusia remaja yang masih
duduk di bangku sekolah menengah atas.
“begini neng , di desa ini
tidak ada tempat penginapan atau kossan yang disewakan, lebih baik anda
menginap saja dirumah kami sampai akhir tugas skripsi anda selesai.”
ujar bapak zaenal yang ditemani oleh istrinya.
“saya mengucapkan
banyak terimakasih kepada bapak dan ibu atas tumpangan yang diberikan
kepada saya, semoga kebaikan kalian dibalas oleh allah.” Ujarku.
“oh
iya perkenalkan ini anak kami satu-satunya namanya asiah fatma.” ucap
ibu bernama rohima saat anaknya menyiapkan hidangan kepada saya.
“saya koriq.” balasku tersenyum sembari berjabat tangan
“nak
koriq bisa tidur sama asiah, tapi maaf jika tempatnya kurang nyaman, ya
memang beginilah keadaan rumah kami” ucap iburohima.“
“gak papa bu, saya sudah cukup senang bisa diberi tempat tidur malam ini.”
Aku
lalu diantar asiah kekamarnya, meski rumah itu kecil dan hanya terbuat
dari bambu namun begitu asri saat di injak dan barang tertata rapi
disetiap ruangannya, Keluarganya pun ramah dan juga taat beragama .
“mbak
koriq boleh istirahat dulu, pasti mbak koriq kecapekan karena
perjalanan dari kota ke desa ini cukup jauh, saya permisi keluar
sebentar karena ada keperluan” ujar asiah sembari tersenyum kepadaku
“oh iya sudah, silakan jika asiah ingin keluar” balasku tersenyum
Disore
harinya aku duduk diruang teras sambil memandangi pemandangan yang ada
didesa , begitu sejuk dan nyaman , dan juga anak-anak yang tengah
bermain dengan riangnya sambil menyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka,
membuat saya begitu betah tinggal didaerah ini.
“beginilah mbak desa
kami, jika sore hari banyak anak-anak yang bermain ditengah lapangan
jika pagi hari muncul giliran yang tua pergi kesawah.” ujar asiah
mengagetkanku yang muncul tiba-tiba.
“saya sungguh senang bisa
tinggal di kampung ini sah, baru kali ini saya tinggal di derah sejuk
yang belum pernah saya dapatkan di kota.” ucapku terhadap asiah.
Aku
pun meminta asiah untuk menemaniku jalan-jalan sejenak ke desa sukma
jaya. Tak sengaja saat wajahku mengarah ke sebuah masjid aku melihat
sosok ikhwan yang aku kenal, tak salah lagi dia ustadz yang berada di
majelis taqlim kemarin. Aku pun memerhatikkan pandanganku ke dalam
masjid itu melihat hasan yang sedang mengajarkan murid-murid mengaji.
“ada apa mbak ? apakah mbak kenal dengan lelaki itu ?” Tanya asiah terhadap ku.
“oh tidak…” jawab ku pura-pura tidak mengenalnya.
“apakah asiah kenal dengan lelaki itu ?” tanyaku balik.
“ya
saya kenal dengan lelaki itu, dia seorang pria yang taat beragama dan
sangat dermawan meski dia dikalangan orang terpandang namun hatinya
begitu lembut bagai sutera. dia sering datang ke masjid untuk ikut solat
berjamaah, sering kali saya lihat ia selalu membawa tasbih membaca
al-quran. Dia juga yang mengajarkan anak-anak disini mengaji tanpa
meminta imbalan sedikitpun, maklum jika menyuruh untuk membayar
anak-anak dikampung ini tidak sanggup karena mereka banyak dilahirkan
dikalangan terbawah. Dia juga mengajarkan anak-anak yang tak mampu
sekolah untuk belajar membaca dan menghitung, saat ini dia sedang kuliah
di universitas IAIN jurusan tarbiyah, dan saat pulang kuliah hasan
bekerja sebagai kuli panggul, dia tak ingin membebankan orang tuanya
meski mereka masih sanggup membiiayakan kuliahnya.” Jelas asiah
“oh… tapi apakah asiah tau tentang hubungan asmaranya?
“kalo
itu saya kurang tau mbak, tapi kemarin orang tuanya sempat menjodohkan
hasan dengan seorang wanita yang juga berada di kalangan atas, dia
cantik dan sholehah, namun sayang perjodohan itu ditolak oleh hasan
alasannya belum saat yang tepat unutk menikah.” jelas asiah lagi.
Akupun
diam sajenak dan masih terus memperhatikan kedalam masjid. Asiah lalu
mengajakku pulang karena sebentar lagi maghrib datang. Sungguh
benar-benar begitu lembut hati seorang hasan , rasanya bahagia sekali
jika memiliki seorang suami sepertinya…” gumamku saat berada dijalan.
Dan
sesampai dirumah adzan maghrib berkumandang, keluarga pak zaenal telah
bersiap-siap untuk melakukan solat berjamaah begitu juga dengan ku,
keluarga pak zaenal begitu harmonis ia sangat memperhatikan keluarga dan
agamanya. Aku merasa keluarga ini seperti keluarga ku sendiri. Usai
solat asiah mengajakku pergi kemasjid untuk melakukan pengajian.
Sesampai
dimasjid aku bertemu lagi dengan pria itu, dia sedang terhanyut dalam
doanya, selalu saja al-quran dan tasbih sebagai pegangannya. Dan
pengajian dimulai. Ustadz hasan dengan suara merdunya membacakan ayat
suci allah, dengan tilawatil yang begitu mengharukan. Lagi-lagi air
mataku menetes saat mendengar ayat al—quran dibacakan dengan begiru
merdunya, barukali ini aku mendengar bacaan yang sangat menggetarkan
hatiku. kemudian hasan memulai acara itu dengan dakwahnya.
Dan saat pengajian selesai, aku memberanikan diri untuk bertanya
“assalamualikum akhy, anda yang kemarin berada di masjid Darussalam bukan ?”
“iya betul, eh anda yang kemarin saya sapa kan ? ada tugas apa kemari ukhty ?” Tanya hasan terhadapku.
“saya ada tugas kuliah, kebetulan dosen menunjukkan saya ke desa ini, apakah rumah akhy berada didekat sini ?” tanyaku lagi.
“iya,
rumah saya tidak jauh dari sini, ukhty boleh main kerumahku jika ada
waktu.” jawab hasan. Tiba-tiba percakapan terpotong saat asiah
memanggilku.
“mbak koriq sudah malam, apakah mbak koriq belum ingin pulang ?”
“iya
asiah, tunggu sebentar lagi, akhy hasan saya permisi dulu ingin pulang
terimakasih atas waktunya, assalamualikum” ucapku sembari pergi dari
hadapan hasan.
“waalaikum salam” balas hasan.
Dan saat malam
tiba , masih saja aku memikirkan sosok hasan yang begitu lembut, tepat
di penghujung malam aku bangun, segera kulangkahkan kakiku mengambil air
wudhu, dzikir dan doa selalu kupanjatkan kepada allah, disitu aku
berdoa mengharapkan sosok lelaki yang mampu membawa ku dijalan-Nya.
Keseokan
harinya aku menemani asiah pergi berbelanja di pasar terdekat, terlihat
saat dipinggir jalan aku melihat sosok hasan yang sedang membawa
sayuran diatas punggungannya. Aku lalu menghampirinya.
“assalamualaikum akhy hasan, sedang apa kau disini, mengapa kau membawa begitu banyak sayuran ?”
“waalaikum
salam ukhty, aku bekerja disini saat pulang kuliah, tapi kebetulan
kuliah ku sedang cuti jadi dari pagi aku harus disini” jelas hasan.
Mendengar penjelasan dari hasan aku tercengang kaget , masih ada sosok lelaki sepertinya.
“malam ini apakah anda akan pergi ke pengajian ?” tanya hasan.
“iya akhy, saya pasti datang.” jawabku.
Malam harinya aku lalu pergi ke masjid tanpa di temani firdha, karena ia sedang sibuk menyelesaikan tuga sekolahnya.
Sesampai
dimasjid kulihat lagi hasan duduk di barisan paling depan jamaah ikhwan
tampak ku lihat air mata hasan mengalir begitu deras dengan sholawatan
yang keluar dari mulutnya. Saat adzan isya berkumandang hasan tersadar
dan mulai bangkit dari tempat duduknya kini ia menjadi imam untuk solat
kami. Daritadi mataku tak berkedip sama sekali melihat sikap hasan, anak
muda yang begitu taat dengan agamanya.
Setelah solat usai, aku
bergegas pulang namun kulihat hasan tampak sedang berbincang-bincang
dengan pengurus masjid, saat itu hasan memanggilku.
“ ada apa akhy hasan kau memanggilku ?”
“begini
ukhty koriq, saya meminta bantuan anda untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan baksos, kali ini saya sedang mencari dana untuk panti sosial di
salah satu desa ini , apakah ukhty koriq bersedia ?” Tanya hasan.
“iya akhy saya bersedia kebetulan dikota, saya juga ketua dari organisasi baksos, kira-kira kapan kita akan kesana akhy ?”
“terimakasih atas bantuannya ukhty, besok pagi kita akan berangkat ke panti sosial itu“ ujar hasan.
Di
malam sepertiga terakhir aku bangun, segera air wudhu ku basuh ke
seluruh tubuhku sebagian hati dan pikiranku berkecamuk, tak henti-henti
nya terlafadzkan oleh lisanku, dan dipenghujung malam dalam doaku
terhanyut . “ya rabbi, jika boleh izinkan aku menggelar sajadah
bersamanya, membangun sebuah ikatan suci karena mu, untuk menemaniku
berjihad dijalanmu ya allah” lalu ku lanjutkan dzikirku dengan penuh
penghayatan.
hingga datangnya pagi aku menunggu hasan dan beberapa
rekan lainnya dimasjid, tak beberapa lama hasan dan salah satu temannya
muncul, aku segera membantu barang-barang yang akan kami bawa untuk
menuju panti sosial, asiah juga ikut bersamaku. dengan mobil angkut yang
kami sewa kami bergegas pergi, tak cukup jauh waktu yang akan ditempuh
dengan perbatasan sawah dan perkebunan kami pun sampai di panti sosial
al-karamah.
Keadaan disana begitu memprihatinkan, tempat yang
dihuni sudah tak layak , bangunannya juga sudah rapuh. Aku dan hasan
berdiri tepat didepan panti melihat seluruh lingkungan yang sangat
buruk.
“masih ada orang-orang yang tidak memperhatikan orang kecil” ucap hasan singkat
Aku
hanya terdiam memperhatikan hasan yang sangat begitu peduli dengan
orang-orang kecil padahal dia sendiri juga sedang kesusahan .
“akhy telah lama mengikuti kegiatan ini?” tanyaku kepada hasan.
“ya
begitulah ukhty, kira-kira sudah 3 tahun yang lalu, saya membantu
memberi dana terhadap orang-orang kalangan bawah semampu dan sebisa
saya, aku ingin seperti khalifah umar bin abdul aziz dan khalifah umar
bin khattab yang dermawan dan bijaksana dalam memimpin rakyatnya , dan
juga keadilan beliau dalam memimpin, meski saya bukan pemimpin namun
saya tak segan-segan memberi harta karena allah, saya juga bersedia
mempertaruhkan nyawa saya untuk berjihad dijalan allah dan membela agama
ku islam.”
Subhanallah, aku tercenung diam mendengar pernyataan
hasan begtiu mulia hatinya, ternyata zaman sekarang masih ada sosok anak
muda yang mempunyai pemikiran terhadap negeri ini.
“subhanallah
akhy, begitu mulianya hatimu kau sudah tampak seperti kahalifah umar bin
abdul aziz dan khalifah umar bin khattab.” Pujiku.
“tidak juga ukhty
koriq, aku dan beliau masih jauh bedanya, kalau ukhty koriq sendiri
sudah berapa lama mengikuti organisasi ini ?”
“baru 3 bulan yang lalu akhy.” Jawabku.
“ohh, ternyata baru ukhty mengikuti kegiatan ini tapi sudah diangkat menjadi ketua, ukhty sungguh hebat” ujar hasan.
“iya
akhy, maklum saya dulu wanita yang tak bermoral tak punya harga diri
selalu di injak-injak oleh kaum pria aku bukanlah wanita suci lagi,
namun saat itu aku sadar bahwa hal yang kulakukan adalah perbuatan zinah
dan sangat dibenci allah apalagi kerudung yang ku kenakan tidak sesuai
dengan apa yang kulakukan saat itu, ilmu agama yang kupelajari juga
tidak pernah ku amalkan, aku malu dengan diriku sendiri aku malu dengan
allah, aku tak tahu apakah allah telah mengampuni semua dosaku, tak ku
bayangkan jika nantinya neraka jahannam melilit tubuhku, aku ingin
menjadi seorang wanita shalehah akhy.” jelasku yang tak sengaja
butiran-butiran air mataku menetes
“jadi ukhty koriq dulu adalah
wanita tak bermoral ? ukhty, allah maha pengampun bagi umatnya yang
sungguh ingin bertaubat padanya, dosa ukhty pasti akan diampuni oleh
allah.”
“tapi apakah aku pantas disebut seorang wanita sholehah, sedangkan tubuhku telah ternodai ?”
“ukhty,
engkau sudah tidak lagi berbuat hal yang seperti itu, bukankah yang
disebut wanita shalehah juga wanita yang taat kepada suami dan agamanya,
sungguh uhkty kau telah menjadi wanita shalehah kau telah benar-benar
sudah berada dijalan illahi.”
“terimakasih hasan atas nasihat yang
kau berikan, dan jika allah mengizinkan aku ingin menjadi istrimu, aku
ingin menjadi anak-anak darimu kelak, aku juga ingin seperti bunda siti
khadijah yang setia menemani rasulullah dalam dakwah dan jihadnya, aku
ingin menemanimu berjuang dijalan allah.”
Hasan terdiam sejenak, mungkin ia terkejut atas perkataanku yang membuatnya bingung.
“maksud anda apa ukhty ?” Tanya hasan.
“aku ingin menikah denganmu karena allah akhy hasan.” Jawabku.
“apakah ucapanmu tidak main-main ukhty koriq ?”
“insya allah ucapanku benar akhy, aku ingin kau menjadi imamku didunia dan akhirat bersamamu dalam menggapai jannahnya.”
“tapi
ukhty, penghasilanku belum tetap , aku hanyalah seorang kuli panggul
dipasar aku juga masih meneruskan pendidikanku, tidak mungkin aku selalu
meminta uang dari penghasilan usahamu.”
“kalau untuk dijalan allah aku ikhlas hartaku habis untuk memperjuangkan agamaku.” Ucapku.
“baiklah,
tawaran ukhty aku terima semata-semata karena allah, aku siap menjadi
imammu hingga ke jannahnya , atas izin allah besok aku melamarmu, kita
berunding bersama orang tuaku.” ujar hasan.
Hari yang di tunggu
datang juga. Kedua orang tua hasan pun merrestui pernikahan mereka.
Dengan acara yang sangat sederhana . Acara pernikahan berlangsung dengan
khidmat, tak disadar tetesan butir air mata jatuh dari mata firdha
menahan haru pernikahan mereka.
PROFIL PENULIS
Nama: Septi Rizky Amrina Rosada
Tempat, Tanggal Lahir: 06 September 1995
Asl Sekolah: SMK Negeri 5 Palembang
Alamat Facebook: http://facebook.com/sheptirhinariien
Follow Twitter @menjejak